Duka Musafir (Tapak Refleksi)-Antara Kasih Dan Benci

Perjalanan ini memang jauh; namun sayang kita hanya memiliki sedikit waktu untuk menempuhnya. Begitulah kita: Musafir yang singgah sebentar untuk sekedar meneguk setitik air, lalu kembali meneruskan perjalanan. Perjalanan panjang yang menelusuri lereng-lereng yang penuh dengan ancaman penderita dan padang gurun yang mematikan. Tubuh Musafir ditikam duri-duri hutan dan hujan kerikil lalu hanyut di telan gelombang lautan api.
   

"Musafir di utus ke tengah-   tengah srigala"
Amat perih...
Apakah ini buku kehidupan? Atau seperti ujian naik kelas?
Bila memang buku kehidupan, mengapa ENGKAU membiarkan musafir menelan ayat-ayat pahit? Bukankah ENGKAU menyertainya hingga akhir zaman? Atau bila ini ujian; UJILAH AKU KAPAN SAJA ENGKAU MAU; Ladang Kasih yang ENGKAU berikan tak pernah berhenti berbuah.
Itulah makanan yang ku berikan kepada setiap srigala-srigala padang dan lereng.
Iman orang Kristen selalu di uji dengan macam-macam pencobaan; mulai dari penderitaan yang sifatnya individual maupun penderitaan yang melibatkan semua saudara-saudari seiman. Kita semua (Gereja), kembali berduka atas peristiwa yang menimpa saudara-saudari di Surabaya. Di sela-sela situasi duka ini, muncul pula reaksi-reaksi manusiawi kita. Ada perasaan Amarah, DUGAAN,rasa takut,suasana di teror- berkecamuk dalam perjalanan hidup kita hari ini.

Tak sedikit di antara kita (saya) yang secara spontan berseru: "Apakah Salah Orang Kristen."
Ada juga yang secara terang-terangan mengatakan: ini adalah tindakan jahat; orang yang bukan Kristen. Ada yang mengatakan bahwa ini berhubungan dengan rantai politik, ada pula yang berteriak tentang HAM. Semua itu lumrah adanya sebagai reaksi spontan.
Tetapi "Mari Kita Bertolak Ke Tempat Yang Lebih Dalam" berdasarkan hakiki iman kita.
Peristiwa yang menimpa saudara-saudari kita (Gereja) di Surabaya, menjadi sebuah ujian akan kematangan iman. Sejauh mana Kasih Kristus di wartakan dan di hayati di tengah kerasnya karang kehidupan berbangsa dan bernegara. Pater Sakharias Belita SVD (Alm)  bersama (kami) seluruh anggota komunitas Pastoran Paroki Hati Maha Kudus Tuhan Yesus Pota, berdoa Rosario dan Mempersembahkan Misa Kudus Untuk Amrozi dan Kawan-kawan menjelang mereka di eksekusi mati. Sanggupkah kita memberikan pipi kiri setelah pipi kanan kita di tamapar? Atau membalasnya dengan kapas setelah ia melempari kita dengan batu?
"Ini memang bukan perkara mudah".
Ini memang sangat sulit. Butuh kedewasaan iman, sabar dan tabah walaupun kita memiliki batas kesabaran (sebagai manusia biasa).
Darah saudara-saudari kita tertumpah karena ketabahan imannya. Saudara Ahok; seperti seekor domba yang di giring ke tempat pembantaian; demi menyelamatkan situasi.
Mari kita belajar dari mereka, sembari melakukan upaya manusiawi Kristiani kita, dan Saling Mendoakan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Duka Musafir (Tapak Refleksi)-Antara Kasih Dan Benci"

Posting Komentar