Hakekat Tuhan(Yahwe)
Menurut Plato yang disebut Tuhan adalah keberadaan ilahi yang bersifat rohani atau akali , dalam arti: yang keadaanya berlawanan dengan yang bendawi, yaitu keberadaan yang halus, yang tidak tampak, tidak dapat diraba. " Yang ilahi yang bersifat rohani atau akali ini jauh lebih tinggi daripada yang bendawi dan mengatasi yang bendawi itu. Oleh karena itu yang ilahi ini disebut transenden. Jadi sifat Tuhan yang transenden itu disebabkan karena sifatnya yang rohani atau akali, yang mengatasi yang bendawi.
Menurut Philo Tuhan Allah adalah Transenden, dalam arti yang diberikan oleh Plato yaitu: bahwa Tuhan Allah pada hakekatnya tidak dapat dihampiri oleh akal manusia.
Menurut Philo Tuhan Allah adalah Transenden, dalam arti yang diberikan oleh Plato yaitu: bahwa Tuhan Allah pada hakekatnya tidak dapat dihampiri oleh akal manusia.
Tuhan: Menurut Pandangan Alkitab
Di sini kita bertolak dari kehidupan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan; dan bagaimana mereka dapat mengenal Tuhan Allah. Bukan Israel yang mencari Tuhan Allah pada gejala-gejala alam semesta dan lalu merumuskan penemuannya; tetapi Tuhan Allahlah yang mencari Israel mulai dari panggilan Abraham sampai pada tekanan perhambaan di Mesir. Tuhan Allah itulah yang menemukan Israel dan memilihnya untuk dijadikan Umat-Nya. Hal itu dilakukan Tuhan Allah dengan karya-Nya yang menyelamatkan dan firman-Nya yang memerintahkan. Israel mengenal Tuhan Allah di dalam segala perbuatan atau karya Allah dan di dalam Firman-Nya. Bagi Israel tiada jalan lain untuk mengenal Allah kecuali dengan jalan mengenal karya dan firman Tuhan Allah di dalam sejarah. Di dalam karya dan firman Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya. Tuhan Allah yang menampakan diri kepada Musa menyebut nama-Nya: AKU ADALAH AKU. Nama ini adalah keterangan dari nama YAHWE atau TUHAN; dan DIA hadir dengan berbuat. Dalam Keluaran 3:15; YAHWE yang mengutus Musa melepaskan Israel, adalah Allah nenek moyang Israel, yaitu Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Dengan para nenek moyang ini Tuhan Allah telah membuat perjanjian bahwa Ia akan menjadikan keturunan nenek moyang itu menjadi besar dan akan diberi tanah Kanaan sebagai tanah pusakanya. Hakekat Tuhan Allah menurut Alkitab adalah hakekat yang justru senantiasa dihubungkan dengan Israel dan yang bekerja bagi Israel. Sebab menurut Alkitab, Tuhan Allah adalah sekutu Israel. Oleh karena itu hakekat Tuhan Allah adalah menjadi Sekutu Israel atau Sekutu Umat-Nya. Sebagai konsekwensinya adalah Umat Allah atau Israel harus menjadi Sekutu Tuhan Allah.
Di sini kita bertolak dari kehidupan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan; dan bagaimana mereka dapat mengenal Tuhan Allah. Bukan Israel yang mencari Tuhan Allah pada gejala-gejala alam semesta dan lalu merumuskan penemuannya; tetapi Tuhan Allahlah yang mencari Israel mulai dari panggilan Abraham sampai pada tekanan perhambaan di Mesir. Tuhan Allah itulah yang menemukan Israel dan memilihnya untuk dijadikan Umat-Nya. Hal itu dilakukan Tuhan Allah dengan karya-Nya yang menyelamatkan dan firman-Nya yang memerintahkan. Israel mengenal Tuhan Allah di dalam segala perbuatan atau karya Allah dan di dalam Firman-Nya. Bagi Israel tiada jalan lain untuk mengenal Allah kecuali dengan jalan mengenal karya dan firman Tuhan Allah di dalam sejarah. Di dalam karya dan firman Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya. Tuhan Allah yang menampakan diri kepada Musa menyebut nama-Nya: AKU ADALAH AKU. Nama ini adalah keterangan dari nama YAHWE atau TUHAN; dan DIA hadir dengan berbuat. Dalam Keluaran 3:15; YAHWE yang mengutus Musa melepaskan Israel, adalah Allah nenek moyang Israel, yaitu Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Dengan para nenek moyang ini Tuhan Allah telah membuat perjanjian bahwa Ia akan menjadikan keturunan nenek moyang itu menjadi besar dan akan diberi tanah Kanaan sebagai tanah pusakanya. Hakekat Tuhan Allah menurut Alkitab adalah hakekat yang justru senantiasa dihubungkan dengan Israel dan yang bekerja bagi Israel. Sebab menurut Alkitab, Tuhan Allah adalah sekutu Israel. Oleh karena itu hakekat Tuhan Allah adalah menjadi Sekutu Israel atau Sekutu Umat-Nya. Sebagai konsekwensinya adalah Umat Allah atau Israel harus menjadi Sekutu Tuhan Allah.
Hakekat Tuhan Allah
Menurut Alkitab; tidak ada perbedaan antara hakekat Tuhan Allah dengan sifat-sifat-Nya. Sifat Allah adalah Hakekat Allah.
Menurut Alkitab; tidak ada perbedaan antara hakekat Tuhan Allah dengan sifat-sifat-Nya. Sifat Allah adalah Hakekat Allah.
1. Tuhan Allah Adalah Mahatinggi
Sebutan Mahatinggi dalam Alkitab bukan karena Tuhan Allah adalah gaib, dalam arti tidak berjasad, karena roh adanya bukan benda, juga bukan karena tabiat ilahi-Nya atau karena ketuhannan-Nya yang mustahil ditembus oleh akal manusia, tetapi karena Firman dan Karya-Nya yang Agung. Hakekat Tuhan Allah yang diungkapkan dalam kemahatinggian-Nya itu mengungkapkan Karya Tuhan Allah atas dunia ini. Dan Mazmur 2 mengungkapkan bahwa karya itu ditujukan untuk keselamatan umat-Nya, Israel. Tuhan Yang Mahatinggi dalam Perjanjian Baru diwujudkan secara sempurna dalam diri Yesus Kristus yang menghampakan diri-Nya menjadi sama seperti manusia demi keselamatan manusia. Di dalam Firman yang menjadi manusia itu (Yohanes 1:14) Allah telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri (2 Korintus 5:19). Itulah sebabnya ketika Kristus dilahirkan para malaikat memuji: Kemuliaan bagi Allah di tempat tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya (Lukas 2:14).
Sebutan Mahatinggi dalam Alkitab bukan karena Tuhan Allah adalah gaib, dalam arti tidak berjasad, karena roh adanya bukan benda, juga bukan karena tabiat ilahi-Nya atau karena ketuhannan-Nya yang mustahil ditembus oleh akal manusia, tetapi karena Firman dan Karya-Nya yang Agung. Hakekat Tuhan Allah yang diungkapkan dalam kemahatinggian-Nya itu mengungkapkan Karya Tuhan Allah atas dunia ini. Dan Mazmur 2 mengungkapkan bahwa karya itu ditujukan untuk keselamatan umat-Nya, Israel. Tuhan Yang Mahatinggi dalam Perjanjian Baru diwujudkan secara sempurna dalam diri Yesus Kristus yang menghampakan diri-Nya menjadi sama seperti manusia demi keselamatan manusia. Di dalam Firman yang menjadi manusia itu (Yohanes 1:14) Allah telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri (2 Korintus 5:19). Itulah sebabnya ketika Kristus dilahirkan para malaikat memuji: Kemuliaan bagi Allah di tempat tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya (Lukas 2:14).
2. Tuhan Allah Tidak Dapat Dilihat
Oleh karena Tuhan adalah Mahatinggi, maka Ia tidak dapat dilihat oleh manusia. Bahwa Tuhan Allah tidak dapat dilihat ini juga bukan karena tabiat ilahi-Nya yang gaib, yang tidak berwujud, yang bersifat rohani dan akali, juga bukan karena kesimpulan akal Israel, melainkan karena Tuhan Allah tidak menghendaki dilihat oleh manusia. Oleh karena itu dalam Keluaran 33:20 Tuhan Allah Memperingatkan Musa, bahwa Musa tidak akan tahan memandang wajah Tuhan Allah. Hal itu bukan disebabkan karena tabiat ilahi Tuhan Allah yang gaib, melainkan karena tidak ada orang yang memandang Tuhan Allah dapat hidup.
Menurut Alkitab (Keluaran 33:11) Tuhan Allah berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya, artinya bahwa percakapan itu dilakukan dalam persekutuan yang akrab sekali. Jadi dasar Musa dapat melihat YANG TIDAK DAPAT DILIHAT itu adalah persekutuannya dengan Tuhan Allah yang akrab sekali. Yohanes 1:18 menunjuk kepada gagasan yang demikian juga: sebab tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi bahwa Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Ungkapan di pangkuan Bapa menunjukan suatu persekutuan yang akrab sekali.
Oleh karena Tuhan adalah Mahatinggi, maka Ia tidak dapat dilihat oleh manusia. Bahwa Tuhan Allah tidak dapat dilihat ini juga bukan karena tabiat ilahi-Nya yang gaib, yang tidak berwujud, yang bersifat rohani dan akali, juga bukan karena kesimpulan akal Israel, melainkan karena Tuhan Allah tidak menghendaki dilihat oleh manusia. Oleh karena itu dalam Keluaran 33:20 Tuhan Allah Memperingatkan Musa, bahwa Musa tidak akan tahan memandang wajah Tuhan Allah. Hal itu bukan disebabkan karena tabiat ilahi Tuhan Allah yang gaib, melainkan karena tidak ada orang yang memandang Tuhan Allah dapat hidup.
Menurut Alkitab (Keluaran 33:11) Tuhan Allah berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya, artinya bahwa percakapan itu dilakukan dalam persekutuan yang akrab sekali. Jadi dasar Musa dapat melihat YANG TIDAK DAPAT DILIHAT itu adalah persekutuannya dengan Tuhan Allah yang akrab sekali. Yohanes 1:18 menunjuk kepada gagasan yang demikian juga: sebab tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi bahwa Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Ungkapan di pangkuan Bapa menunjukan suatu persekutuan yang akrab sekali.
3. Tuhan Allah Adalah Kudus
Bahwa Tuhan Allah tidak dapat dilihat ada hubungannya dengan hakekat Allah yang dinyatakan atau diungkapkan di dalam kekudusan-Nya.
Kata Kudus berasal dari pokok bahasa Ibrani yabg berarti memisahkan. Jika Tuhan Allah disebut Kudus, hal itu berarti bahwa Ia dipisahkan daripada segala yang dosa. Oleh karena itu maka di 1 Samuel 2:2 disebutkan, tidak ada yang kudus seperti Tuhan, sebab tidak ada yang lain kecuali Tuhan. Walaupun demikian; kekudusan Tuhan Allah tidak pernah dilepas pisahkan dengan hubungan Tuhan Allah dengan Umat-Nya. Kekudusan Tuhan Allah menuntut kekudusan umat-Nya, artinya: umat Allah yang adalah Sekutu Allah, juga harus hidup terpisah dari segala yang dosa (dalam arti menghindari perbuatan dosa) dan mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Tuhan Allahnya. Tanpa hidup yang kudus tidak mungkin ada persekutuan dengan Allah yang kudus. Sebagai Yang Kudus Tuhan Allah berlainan sekali bila dibandingkan dengan manusia yang berdosa. Manusia dosa dalam kemarahannya tidak mengenal kasihan, sering hanya terseret oleh nafsu-nafsunya. Akan tetapi Tuhan Allah berbuat yang lebih baik dibanding dengan manusia. Di dalam kemurkaan-Nya Tuhan Allah tidak mungkin terseret oleh daya-daya yang penuh dosa. Juga di dalam murka-Nya Tuhan Allah ingat Akan Kasih-Nya.
Tuhan Allah yang menyatakan Kekudusan-Nya itu menjadi jaminan bagi perjanjian-Nya dengan umat-Nya.
Di sini tampaklah bahwa kekudusan Tuhan Allah berhubungan dengan kebenaran dan keadilan-Nya serta dengan kesetiaan-Nya. Di dalam korban Korban Kristus, Firman yang menjadi manusia itu, keadilan dan kebaikan, kekudusan dan belas kasihan Tuhan Allah menjadi satu. Pengungkapan tertinggi dari kekudusan Tuhan Allah ialah: bahwa Ia membenarkan orang durhaka (Roma 4:5;1:17; Mazmur 97:11,12).
Bahwa Tuhan Allah tidak dapat dilihat ada hubungannya dengan hakekat Allah yang dinyatakan atau diungkapkan di dalam kekudusan-Nya.
Kata Kudus berasal dari pokok bahasa Ibrani yabg berarti memisahkan. Jika Tuhan Allah disebut Kudus, hal itu berarti bahwa Ia dipisahkan daripada segala yang dosa. Oleh karena itu maka di 1 Samuel 2:2 disebutkan, tidak ada yang kudus seperti Tuhan, sebab tidak ada yang lain kecuali Tuhan. Walaupun demikian; kekudusan Tuhan Allah tidak pernah dilepas pisahkan dengan hubungan Tuhan Allah dengan Umat-Nya. Kekudusan Tuhan Allah menuntut kekudusan umat-Nya, artinya: umat Allah yang adalah Sekutu Allah, juga harus hidup terpisah dari segala yang dosa (dalam arti menghindari perbuatan dosa) dan mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Tuhan Allahnya. Tanpa hidup yang kudus tidak mungkin ada persekutuan dengan Allah yang kudus. Sebagai Yang Kudus Tuhan Allah berlainan sekali bila dibandingkan dengan manusia yang berdosa. Manusia dosa dalam kemarahannya tidak mengenal kasihan, sering hanya terseret oleh nafsu-nafsunya. Akan tetapi Tuhan Allah berbuat yang lebih baik dibanding dengan manusia. Di dalam kemurkaan-Nya Tuhan Allah tidak mungkin terseret oleh daya-daya yang penuh dosa. Juga di dalam murka-Nya Tuhan Allah ingat Akan Kasih-Nya.
Tuhan Allah yang menyatakan Kekudusan-Nya itu menjadi jaminan bagi perjanjian-Nya dengan umat-Nya.
Di sini tampaklah bahwa kekudusan Tuhan Allah berhubungan dengan kebenaran dan keadilan-Nya serta dengan kesetiaan-Nya. Di dalam korban Korban Kristus, Firman yang menjadi manusia itu, keadilan dan kebaikan, kekudusan dan belas kasihan Tuhan Allah menjadi satu. Pengungkapan tertinggi dari kekudusan Tuhan Allah ialah: bahwa Ia membenarkan orang durhaka (Roma 4:5;1:17; Mazmur 97:11,12).
4. Tuhan Allah Adalah Kekal
Biasanya kata kekal diartikan sebagai keadaan yang tanpa waktu. Dalam Alkitab kata kekal lebih menunjuk kepada waktu yang panjang, sejak dahulu hingga kini dan sampai selama-lamanya. Dalam Ulangan 33:27 yang menyebutkan, bahwa Israel ada lengan-lengan yang kekal, yang mengusir musuh dari depan Israel. Kata kekal di sini berarti sejak dahulu menuju kebelakang. Di Kejadian 9:16 disebutkan, bahwa Allah akan mengingat perjanjian-Nya yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup. Kata kekal di sini menunjuk ke depan; waktu yang tiada akhirnya. Oleh karena itu di Yesaya 44:6 disebutkan, bahwa Tuhan Allah adalah yang terdahulu dan yang terkemudian, dan bahwa tiada Allah lain kecuali Tuhan; dan di Wahyu 1:8 disebutkan, bahwa Tuhan Allah adalah Alfa dan Omega, yang ada, yang sudah ada dan yang akan datang. Kehadiran Tuhan Allah yang disebutkan sejak dahulu kala itu adalah suatu keadilan yang aktif; yaitu kahadiran dalam Firman dan Karya-Nya sebagai sekutu umat-Nya. Kekekalan Tuhan Allah bukanlah hal yang membeku, bukan hal yang statis melainkan kekekalan Allah adalah kekekalan yang hidup, yang tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan dan zaman hakekat Tuhan Allah yang dinyatakan sebagai kekekalan itu berhubungan erat dengan kekudusan-Nya, dan kesetiaan-Nya.
Biasanya kata kekal diartikan sebagai keadaan yang tanpa waktu. Dalam Alkitab kata kekal lebih menunjuk kepada waktu yang panjang, sejak dahulu hingga kini dan sampai selama-lamanya. Dalam Ulangan 33:27 yang menyebutkan, bahwa Israel ada lengan-lengan yang kekal, yang mengusir musuh dari depan Israel. Kata kekal di sini berarti sejak dahulu menuju kebelakang. Di Kejadian 9:16 disebutkan, bahwa Allah akan mengingat perjanjian-Nya yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup. Kata kekal di sini menunjuk ke depan; waktu yang tiada akhirnya. Oleh karena itu di Yesaya 44:6 disebutkan, bahwa Tuhan Allah adalah yang terdahulu dan yang terkemudian, dan bahwa tiada Allah lain kecuali Tuhan; dan di Wahyu 1:8 disebutkan, bahwa Tuhan Allah adalah Alfa dan Omega, yang ada, yang sudah ada dan yang akan datang. Kehadiran Tuhan Allah yang disebutkan sejak dahulu kala itu adalah suatu keadilan yang aktif; yaitu kahadiran dalam Firman dan Karya-Nya sebagai sekutu umat-Nya. Kekekalan Tuhan Allah bukanlah hal yang membeku, bukan hal yang statis melainkan kekekalan Allah adalah kekekalan yang hidup, yang tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan dan zaman hakekat Tuhan Allah yang dinyatakan sebagai kekekalan itu berhubungan erat dengan kekudusan-Nya, dan kesetiaan-Nya.
5. Tuhan Tidak Berubah
Dalam Mazmur 102:26-28 disebutkan: Dahulu sudah Kau letakan dasar bumi dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang sama seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah tetapi Engkau tetap sama dan tahun-tahun-Mu tidak akan berkesudahan. Dari ayat-ayat ini jelaslah hubungan antara kekekalan Tuhan Allah dan hakekat-Nya yang diungkapkan sebagai Allah yang tidak berubah, atau Yang Tetap Sama. Bahwa Tuhan Allah tidak berubah diuraikan juga di Yakobus 1:17, dimana disebutkan, bahwa Tuhan Allah adalah segala terang dan bahwa pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.
Tuhan tidak berubah atau tetap sama berarti bahwa Ia tidak akan melepaskan umat-Nya yang telah menjadi sekutu-Nya itu, sekalipun umat-Nya sering mengubah sikapnya terhadap Tuhan-Nya.
Di dalam Alkitab hubungan Tuhan Allah dengan manusia terjadi di dalam kejadian-kejadian yang konkrit di dalam sejarah. Di sepanjang sejarah itulah Tuhan Allah membuktikan dengan firman dan karya-Nya, bahwa tetap sama (Mazmur 102:26-28), bahwa Ia tidak berubah ( Maleakhi 3:6), bahwa pada-Nya tidak ada perubahan (Yakobus 1:17), di dalam menjadi sekutu umat-Nya. Ia setia kepada keputusan itu sampai selama-lamanya. Jelaslah bahwa kesetiaan Tuhan Allah terhadap diri-Nya sendiri dan terhadap rencana-Nya adalah kekal selama-lamanya. Agar Tuhan Allah dapat setia pada diri-Nya dan kepada maksud-Nya, sering Ia harus mengubah jalan-Nya demi keselamatan umat-Nya yang sering tidak setia itu. Berdasarkan hal itu, hakekat Tuhan Allah yang diungkapkan dalam keadaan-Nya yang tidak berubah itu barang kali lebih dapat dikalimatkan dengan ungkapan: keteguhan-Nya atau bahwa Tuhan Allah dapat dipercaya.
Dalam Mazmur 102:26-28 disebutkan: Dahulu sudah Kau letakan dasar bumi dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang sama seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah tetapi Engkau tetap sama dan tahun-tahun-Mu tidak akan berkesudahan. Dari ayat-ayat ini jelaslah hubungan antara kekekalan Tuhan Allah dan hakekat-Nya yang diungkapkan sebagai Allah yang tidak berubah, atau Yang Tetap Sama. Bahwa Tuhan Allah tidak berubah diuraikan juga di Yakobus 1:17, dimana disebutkan, bahwa Tuhan Allah adalah segala terang dan bahwa pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.
Tuhan tidak berubah atau tetap sama berarti bahwa Ia tidak akan melepaskan umat-Nya yang telah menjadi sekutu-Nya itu, sekalipun umat-Nya sering mengubah sikapnya terhadap Tuhan-Nya.
Di dalam Alkitab hubungan Tuhan Allah dengan manusia terjadi di dalam kejadian-kejadian yang konkrit di dalam sejarah. Di sepanjang sejarah itulah Tuhan Allah membuktikan dengan firman dan karya-Nya, bahwa tetap sama (Mazmur 102:26-28), bahwa Ia tidak berubah ( Maleakhi 3:6), bahwa pada-Nya tidak ada perubahan (Yakobus 1:17), di dalam menjadi sekutu umat-Nya. Ia setia kepada keputusan itu sampai selama-lamanya. Jelaslah bahwa kesetiaan Tuhan Allah terhadap diri-Nya sendiri dan terhadap rencana-Nya adalah kekal selama-lamanya. Agar Tuhan Allah dapat setia pada diri-Nya dan kepada maksud-Nya, sering Ia harus mengubah jalan-Nya demi keselamatan umat-Nya yang sering tidak setia itu. Berdasarkan hal itu, hakekat Tuhan Allah yang diungkapkan dalam keadaan-Nya yang tidak berubah itu barang kali lebih dapat dikalimatkan dengan ungkapan: keteguhan-Nya atau bahwa Tuhan Allah dapat dipercaya.
6. Tuhan Allah Adalah Esa
TUHAN atau YAHWE disebut esa. Ungkapan ini diterjemahkan: TUHAN itu Allah Kita. TUHAN itu esa. Dalam bahasa aslinya: Yahweh elohenu Yahweh e`khad, yang diterjemahkan: TUHAN adalah Allah kita,TUHAN saja; artinya tiada Allah lain yang menjadi Allah kita kecuali TUHAN.
Pertama-tama ungkapan itu menunjukan bahwa bagi Israel, berdasarkan firman dan karya Allah, tidak ada Allah yang lain kecuali TUHAN. Hal yang demikian juga dinyatakan oleh Musa di Ulangan 4:39 yang berbunyi: sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi dibawah, tidak ada yang lain.
Secara polemis adanya allah-allah yang lain seolah-olah diakui. Akan tetapi secara polemis juga ditunjukan, bahwa Tuhan Allah adalah lain dibandingkan dengan allah-allah tadi. Contohnya dewa Baal. Sekalipun oleh para penyembahnya diakui bahwa ada satu Baal, namun dewa ini disembah menurut tempat dan keadaannya: ada Baal-Berit (Hakim-Hakim 8:33), Baal-Gad (Yoshua 11:15), Baal-Hazor (2 Samuel 13:23), Baal-Peor (Bilangan 25:3,5) dan sebagainya. Akan tetapi TUHAN adalah satu, dimana saja; tidak ada TUHAN-Sinai, TUHAN-Silo, TUHAN-Yerusalem. TUHAN adalah TUHAN dimana saja Ia disembah.
Esa lebih diartikan sebagai HANYA TUHAN SAJA yang menjadi Sekutu Israel (Umat-Nya). Hanya TUHANlah yang Allah adanya; di luar TUHAN tidak ada yang patut dikasihi sebagai sekutu Israel.
Di dalam perjanjian baru gagasan ini semua mendapat arti yang jauh lebih mendalam lagi; sebab satu-satunya Allah yang benar itu ternyata di dalam Firman dan karya-Nya telah memberikan kesempurnaan kasih-Nya, yaitu di dalam pengitusan Anak-Nya yang Tunggal Yesus Kristus. Maka konsekwensi etis dari penyembahan kepada Tuhan Allah, yang benar-benar Allah tadi, bagi hidup bersama ialah bahwa orang beriman harus sehati dan sejiwa (Kisah para Rasul 4:32; Filipi 2:2,3).
Kata esa bukan ditekankan pada angka satu matematis, melainkan KONSEKWENSI penyembahan kepada satu-satunya yang boleh disebut ALLAH.
TUHAN atau YAHWE disebut esa. Ungkapan ini diterjemahkan: TUHAN itu Allah Kita. TUHAN itu esa. Dalam bahasa aslinya: Yahweh elohenu Yahweh e`khad, yang diterjemahkan: TUHAN adalah Allah kita,TUHAN saja; artinya tiada Allah lain yang menjadi Allah kita kecuali TUHAN.
Pertama-tama ungkapan itu menunjukan bahwa bagi Israel, berdasarkan firman dan karya Allah, tidak ada Allah yang lain kecuali TUHAN. Hal yang demikian juga dinyatakan oleh Musa di Ulangan 4:39 yang berbunyi: sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi dibawah, tidak ada yang lain.
Secara polemis adanya allah-allah yang lain seolah-olah diakui. Akan tetapi secara polemis juga ditunjukan, bahwa Tuhan Allah adalah lain dibandingkan dengan allah-allah tadi. Contohnya dewa Baal. Sekalipun oleh para penyembahnya diakui bahwa ada satu Baal, namun dewa ini disembah menurut tempat dan keadaannya: ada Baal-Berit (Hakim-Hakim 8:33), Baal-Gad (Yoshua 11:15), Baal-Hazor (2 Samuel 13:23), Baal-Peor (Bilangan 25:3,5) dan sebagainya. Akan tetapi TUHAN adalah satu, dimana saja; tidak ada TUHAN-Sinai, TUHAN-Silo, TUHAN-Yerusalem. TUHAN adalah TUHAN dimana saja Ia disembah.
Esa lebih diartikan sebagai HANYA TUHAN SAJA yang menjadi Sekutu Israel (Umat-Nya). Hanya TUHANlah yang Allah adanya; di luar TUHAN tidak ada yang patut dikasihi sebagai sekutu Israel.
Di dalam perjanjian baru gagasan ini semua mendapat arti yang jauh lebih mendalam lagi; sebab satu-satunya Allah yang benar itu ternyata di dalam Firman dan karya-Nya telah memberikan kesempurnaan kasih-Nya, yaitu di dalam pengitusan Anak-Nya yang Tunggal Yesus Kristus. Maka konsekwensi etis dari penyembahan kepada Tuhan Allah, yang benar-benar Allah tadi, bagi hidup bersama ialah bahwa orang beriman harus sehati dan sejiwa (Kisah para Rasul 4:32; Filipi 2:2,3).
Kata esa bukan ditekankan pada angka satu matematis, melainkan KONSEKWENSI penyembahan kepada satu-satunya yang boleh disebut ALLAH.
0 Response to "Hakekat Tuhan(Yahwe)"
Posting Komentar