Yesus Disembah Para Magi
Yesus sebagai anak bertemu dengan para gembala, rakyat jelata...dan para magi, orang berilmu dan berharta. Anak mendapat kesempatan untuk merakyat, dan untuk meningkat dalam jalur pengetahuan, budi bahasa: ia disiapkan untuk bergaul dengan orang dari lapisan lebih tinggi.
1. Setiap anak itu seorang raja dalam dirinya.
Yesus ditandai bintang Yakub, dan setiap anak membawa bintangnya. Sebagai anak manusia Ia juga raja alam, mempunyai kemampuan untuk menguasai dunia. Ia tidak hanya bisa merata dengan sesamanya, Ia juga belajar mengetahui tingkatan-tingkatan di antara manusia, agar tidak canggung menghadapi yang lebih mulia. Ada dalam pergaulan masyarakat sopan santun dan budi bahasa yang dituntut agar dikuasai, supaya manusia diterima. Orang tua yang terlena, tidak peduli akan pendidikan anaknya dibidang kemanusiaan ini, membuat anak tumbu kikuk, tak tahu tempat bagaimana menempatkan dirinya. Karena di mana-mana tidak diterima, ia menggelandang tak berakar, bergentanyangan di jalanan, menjadi mangsa gang dan berkeliaran. Anak nakal bisa menyalahkan orang tuanya, karena tidak mengajar budi bahasa yang memberi keanggunan pada dirinya. Setiap orang mempunyai kebesaran, yang ingin ditampilkan di tempat pada waktunya. Dalam dirinya ia membawa unsur emas dan kemenyan (Mat 2:11); Ia raja dan Putra Allah juga. Ia harus bisa menampilkan diri sebagai yang pantas dihargai dan disembah. Lewat pergaulan, orang tua harus menanamkannya.
Yesus ditandai bintang Yakub, dan setiap anak membawa bintangnya. Sebagai anak manusia Ia juga raja alam, mempunyai kemampuan untuk menguasai dunia. Ia tidak hanya bisa merata dengan sesamanya, Ia juga belajar mengetahui tingkatan-tingkatan di antara manusia, agar tidak canggung menghadapi yang lebih mulia. Ada dalam pergaulan masyarakat sopan santun dan budi bahasa yang dituntut agar dikuasai, supaya manusia diterima. Orang tua yang terlena, tidak peduli akan pendidikan anaknya dibidang kemanusiaan ini, membuat anak tumbu kikuk, tak tahu tempat bagaimana menempatkan dirinya. Karena di mana-mana tidak diterima, ia menggelandang tak berakar, bergentanyangan di jalanan, menjadi mangsa gang dan berkeliaran. Anak nakal bisa menyalahkan orang tuanya, karena tidak mengajar budi bahasa yang memberi keanggunan pada dirinya. Setiap orang mempunyai kebesaran, yang ingin ditampilkan di tempat pada waktunya. Dalam dirinya ia membawa unsur emas dan kemenyan (Mat 2:11); Ia raja dan Putra Allah juga. Ia harus bisa menampilkan diri sebagai yang pantas dihargai dan disembah. Lewat pergaulan, orang tua harus menanamkannya.
2. Keistimewaan dibawah oleh setiap anak, dan itu perlu ditemukan dan dikembangkan untuk menjadi sumbangan bagi sesama: fisik, intelek, jiwa. Pada zaman sekarang orang bisa berhasil sebagai atlet, olahragawan/olahragawati, panari, penyanyi, ia bisa jadi termasyhur karena inteleknya, dan dengan budi luhur ia bisa memandu bangsa. Bangsa dan negara akan beruntung, dengan menemukan bakat-bakat warga negaranya, dan mengembangkannya semaksimal mungkin menjadi bunga sumbangan bagi bagi bangsa. Ini investasi yang paling baik untuk dilakukan oleh negara. Orang tua bisa membantu dan menghargai dan mengarahkan setiap bakat yang dimiliki putra-putrinya.
Pendidikan formal tidak cukup dan kerap tidak memadai; orang tua dan guru yang dekat dengan anak, perlu mengikuti perkembangan dan kecenderungan anak sejak kecil, jangan buta mengikuti ambisinya sendiri. Ia bersama anak wajib memilihkan yang terbaik bagi bakat, watak dan pribadi si anak, untuk merasakan bahwa hasrat dan kebutuhan akan harga dirinya dipenuhi. Untuk itu karya tangan dalam industri, pertukangan, sampai seni bisa disukai. Kemacam ragaman dalam anggapan masyarakat luas masih kurang; semua masih mengira, kebesaran dan sukses harus dicari lewat ijazah dan sekolah, meskipun pengalaman sudah membuktikan lain. Kewiraswastaan di sini kurang, sedangkan di Amerika amat diagungkan. Status pegawai negeri di Indonesia diirikan, sedangkan di sana dinilai sebagai tanda kurangnya kemampuan untuk mandiri, berinisiatif, mencari jalan sendiri. Tiga raja tidakvperlu mengikuti semua petunjuk raja Herodes, untuk meneruskan jalan hidupnya. Mereka justru pulang melalui jalan lain.
Pendidikan formal tidak cukup dan kerap tidak memadai; orang tua dan guru yang dekat dengan anak, perlu mengikuti perkembangan dan kecenderungan anak sejak kecil, jangan buta mengikuti ambisinya sendiri. Ia bersama anak wajib memilihkan yang terbaik bagi bakat, watak dan pribadi si anak, untuk merasakan bahwa hasrat dan kebutuhan akan harga dirinya dipenuhi. Untuk itu karya tangan dalam industri, pertukangan, sampai seni bisa disukai. Kemacam ragaman dalam anggapan masyarakat luas masih kurang; semua masih mengira, kebesaran dan sukses harus dicari lewat ijazah dan sekolah, meskipun pengalaman sudah membuktikan lain. Kewiraswastaan di sini kurang, sedangkan di Amerika amat diagungkan. Status pegawai negeri di Indonesia diirikan, sedangkan di sana dinilai sebagai tanda kurangnya kemampuan untuk mandiri, berinisiatif, mencari jalan sendiri. Tiga raja tidakvperlu mengikuti semua petunjuk raja Herodes, untuk meneruskan jalan hidupnya. Mereka justru pulang melalui jalan lain.
3. Cita-cita timbul dengan melihat Contoh. Keagungan bisa menarik pada anak, karena ia membawa hati putra raja: Aku lahir untuk yang luhur. Keturunan raja Daud mau bergerak di antara para raja. Yang dicita-citakan orang tua, baru menjadi kenyataan penuh pada anaknya.
Setiap anak harus diberi kebebasan untuk mengikuti bintangnya yang memberi bahagia. Bintang itu letaknya tidak selalu pada jabatan, namun visi yang menawan, perjuangan yang matang, ketinggian yang tidak dari dunia ini. Ayam dan itik tidak bisa mengerti, apa yang dicari oleh garuda dengan terbang"cara lain" menuju ketinggian. Dengan latihan-latihan berat, ia mulai menyenangi panorama-panorama indah di ketinggian, menempuh angin, mengatasi awan, dan dari udara tinggi menyaksikan terbitnya matahari. Lalu semboyan: "terbanglah rendah" carilah ikan; yang didengungkan oleh ayah ibu, oleh kawan-kawan, bunyinya sumbang, menjadi seperti cemoohan. Siapa tahu, telur menetas di sarang ayam, kecil berkotek seperti ayam, pada suatu hari berjumpa dengan rajawali, bisa mencoba sayapnya menjelajahi udara tinggi: ia ia diciptakan sebagai raja burung juga.
Setiap anak harus diberi kebebasan untuk mengikuti bintangnya yang memberi bahagia. Bintang itu letaknya tidak selalu pada jabatan, namun visi yang menawan, perjuangan yang matang, ketinggian yang tidak dari dunia ini. Ayam dan itik tidak bisa mengerti, apa yang dicari oleh garuda dengan terbang"cara lain" menuju ketinggian. Dengan latihan-latihan berat, ia mulai menyenangi panorama-panorama indah di ketinggian, menempuh angin, mengatasi awan, dan dari udara tinggi menyaksikan terbitnya matahari. Lalu semboyan: "terbanglah rendah" carilah ikan; yang didengungkan oleh ayah ibu, oleh kawan-kawan, bunyinya sumbang, menjadi seperti cemoohan. Siapa tahu, telur menetas di sarang ayam, kecil berkotek seperti ayam, pada suatu hari berjumpa dengan rajawali, bisa mencoba sayapnya menjelajahi udara tinggi: ia ia diciptakan sebagai raja burung juga.
0 Response to "Yesus Disembah Para Magi"
Posting Komentar