Filsafat Injil Tomas
Injil Tomas bersifat mistik — Injil ini menekankan pengalaman yang langsung, tanpa perantara, dengan Yang Ilahi. Yesus digambarkan sebagai seorang mistagog, seorang guru misteri ilahi, meskipun tidak pernah sebagai "Juru Selamat" seperti dalam Injil Yohanes. Sementara penekanan dalam Yohanes seimbang antara mujizat-mujizatnya dan kata-katanya, penekanan dalam Injil Tomas semata-mata pada kata-kata Yesus. Penemuan akan penafsiran mengenai kata-kata inilah yang menghasilkan pencerahan. Injil Tomas mencatat hal ini sebagai salah satu dari ucapan-ucapan Yesus: "Ia yang menemukan penafsiran-penafsiran dari ajaran-ajaran rahasia ini tidak akan merasakan kematian" — dan kerahasiaan inilah yang merupakan kontras yang sangat tajam dengan semua ajaran dan Kanon gereja. Temanya menemukan kesejajaran dalam Yohanes, meskipun maksudnya adalah menyerangnya; dengan demikian, dalam Yohanes, keselamatan dipahami sebagai keselamatan dari Hukuman Kekal, dan tidak tergantung pada rahasia apa pun.
Berbeda dengan Yohanes, yang membedakan ketidakpercayaan dengan kepercayaan kepada Yesus sebagai Juru Selamat, Injil Tomas mempunyai premis keselamatan yang tergantung pada suatu pemahaman yang tercerahkan tentang identitas sejati si pendengarnya — suatu gambaran tentang si pendengar sebagai ilahi. Apabila ucapan-ucapan itu paralel dengan apa yang ditemukan dalam Matius dan Lukas, yaitu ucapan-ucapan di dalam Q, mereka ditempatkan tanpa konteks yang lebih dikenal. Bila dibiarkan dengan cara ini, maka ucapan-ucapan itu tampaknya penuh dengan gnosis meskipun tak satupun dari aparatus dari Gnostisisme yang telah berkembang, seperti dalam Pistis Sophia, dapat ditemukan.
Injil Yohanes menekankan Yesus sebagai "anak tunggal" Bapa (Yohanes 1:3), dan dengan demikian memberikan kepada Yesus status yang unik di antara manusia. Dalam Injil Tomas tertulis Yesus mengatakan bahwa "Kerajaan Bapa menyebar di muka bumi, dan manusia tidak melihatnya." Hal ini pun dapat ditafsirkan sebagai upaya Yesus untuk menghadirkan pencerahan melalui ajaran-ajarannya bahwa keberadaan manusia bukanlah terutama materi melainkan lebih merupakan keberadaan rohani — dengan demikian klaimnya tentang keilahiannya sendiri menyiratkan bahwa "keilahian" ini tidaklah terbatas kepada dirinya saja, melainkan menjadi milik dari siapa pun yang telah dilahirkan kembali secara rohani. Di sini kembali kita menemukan kontras yang sangat jelas dengan Kekristenan kanonik.
Elaine Pagels berpendapat dalam Beyond Belief bahwa, meskipun alur Kekristenan ini telah mati, banyak mistik Kristen yang besar secara independen mengambil gagasan-gagasan yang serupa dengan Tomas, dari Meister Eckhart hingga Teresa dari Avila hingga Santo Yohanes dari Salib. Sebaliknya, para sarjana Kristen arus utama, berusaha membuat pembedaan yang jelas antara gagasan-gagasan dasar dari para mistik Kristen ini dan pengarang Injil Tomas.
0 Response to "Filsafat Injil Tomas"
Posting Komentar